selamat ulang tahun ibu. tinta cina dan pensil warna diatas kertas ukuran A5. 2013
Sekarang sudah larut malam ketika Ibu sedang berada di kamarmu, menulis surat ini.
Ibu masih ingat, di tanggal 1 bulan 1, kala langit terang oleh pijar kembang api, kamu tiba di dunia. Teriakmu keras sekali, nak. Ibu khawatir sorakmu berakhir serak. Wajahmu merah. Lelah dan nafas Ibu yang tersengal-sengal hilang entah kemana. Kamu disambut oleh Ayahmu yg berpakaian sangat rapi.
"Menyambut tamu agung," kata Ayahmu.
Ayahmu merendahkan tubuhnya lalu mengalunkan adzan di dekat telingamu. Alunan syahdu di antara sayup-sayup ledakan kembang api. Selesai di ayat terakhir, Ayahmu tersenyum sembari menatapmu lama. Sudut matanya menggenang, kemudian Ayahmu bilang, "selamat datang, Alifnya ayah.."
Maka lahirlah namamu: Alif. anak pertama dari Ayah dan Ibu, lahir di tanggal pertama bulan pertama.
Tubuhmu pun tak terasa, Alif. Masih belum hilang kekaguman Ibu melihatmu mencoba berdiri tegak lalu berjalan tertatih-tatih, tiba-tiba saja seperti ada yang mencuri waktu, Ibu mendapati Alif sudah berlari mengejar capung di halaman rumah.
Begitu banyak pertanyaan yang meluncur dari mulut kecilmu, Sayang. Mulai dari pertanyaan mengapa Ibu selalu menyiram bunga-bunga hingga dimana kupu-kupu bersembunyi saat hujan. Alif Ibu yang penasaran.. Alif Ibu yang begitu ingin tahu.
Kemudian kamu berkenalan dengan buku, belajar membaca dan berhitung satu di tambah satu. Pada suatu sore Ayah pulang membawa selusin spidol, detik selanjutnya kamu tak mau lagi berpisah dengan kawanan warna-warni. Spidol itu disimpan di dalam saku, kadang digenggam, bila malam dijejerkan di samping bantalmu.
Alif semakin terlatih, deretan huruf dan puluhan gambar yang kamu torehkan di buku catatan Ayahmu masih Ibu simpan. Belembar-lembar halaman berlalu, namun Ibu ingat satu. Lembar halaman yang Ibu baca setiap kamu berulang tahun…
“Halo, Ibu.. Hari ini kancing baju Alif copot. Alif ngga bisa
Pasang lagi kancingnya, Alif pakai lem aja. Ceritanya
panjang, Bu. Alif pulang sekolah jalan kaki mau ke taman,
Alif mau petik bunga yang warna merah itu, Bu. Alif sampe
taman, bunga merahnya ngga ada. Alif Tanya bapak yang
lagi gunting rumput, katanya udah di petik orang. Alif sedih.
Terus alif jalan kaki lagi, eh Alif lihat bunga merah itu lagi.
Bunganya dekat got, Alif naik pagar rumah orang, ambilnya
dari dalam biar gak kecebur got kan, Bu. Di pagarnya ada
kawat, baju Alif nyangkut. Alif degdegan, Alif tarik baju Alif
tapi kancingnya jadi lepas. Maaf ya, ibu, tapi Alif udah lem
kok.. udah nempel lagi.
Terus Alif akhirnya bisa bawa bunga merahnya, tapi abis itu
Alif denger suara anjing. Ada anjing dirumah itu, Alif
Dikejar. Alif lari tapi ga manjat lagi, Alif buka pagar rumah.
Alif ga tau kalau anjingnya ikut keluar. Tapi Alif larinya
Kenceng, jadinya Alif ga kekejar. Bunganya dapet, Alif taro di
depan rumah. Nanti sore kan disiram Ibu, Ibu pasti kaget
ada bunga merah. Itu buat Ibu. Selamat ulang tahun ya, Ibu.
-Alif”
yang tak kamu tahu, Nak. Ketika kamu pulang dan tidur siang, pemilik rumah itu datang dan marah-marah karena anjingnya hilang. Ibu ingin menegurmu, tapi wajahmu yang tidur pulas membuat ibu kehilangan kata-kata. Mungkin karena kelelahan lari ya, Nak, seperti yang kamu ceritakan dalam suratmu. Apalagi saat sore, Ibu menemukanmu bangun dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk Ibu, ditambah lagi dengan kejutan bunga merah yang tergeletak begitu saja di tanah. Ibu dan Ayah baru sadar, belum mengajarimu cara menanam.
Suratmu Ibu temukan di buku milik Ayahmu, di antara lembaran penuh gambar dan kata-kata. Surat yang baru Ibu baca beberapa tahun kemudian dan hingga kini. Sehelai kertas itu menjelaskan segalanya: mengapa bajumu lengket penuh lem, mengapa ada bunga merah tergeletak di tanah, mengapa tetangga kita tiba-tiba datang dan marah-marah, bagaimana Alif merayakan ulang tahun Ibu… untuk terakhir kalinya.
Pusaramu Ibu tanami bunga merah.
Alif, ibu masih menangis setiap kali membaca suratmu. Alif kecil Ibu… mungkin bila Alif masih ada, Alif sudah lebih tinggi dari Ibu ya, Nak tak perlu lagi tajut jatuh tercebur selokan demi mengambil bunga merah.
Surat ini akan Ibu baringkan di atas pusaramu. Suratmu, yang setiap ulang tahun mu Ibu baca, Ibu gabungkan di dalam surat ini.
Ibu sudah membalas surat Alif. Ibu akan berhenti membaca surat Alif. Ibu sudah ikhlas melepas Alif.
Alif kecil Ibu..
Terima kasih, Nak. Ibu masih ingat wajah merahmu yang berteriak begitu keras kala tiba didunia.
Merah, semerah bunga merah.
Selamat ulang tahun, Alif kecil Ibu.
>> diatas itu tulisannya temen gw namanya mita..keren ya tulisannya mita si penulis lulusan dari fakultas FFTV IKJ dan sedang melanjutkan S2 yang berzodiak gemini ini..hehehe..dan tulisan ini gw minta mita untuk gw respon buat pameran surat cinta #dearlove nya gambarselaw pada tanggal 14 februari 2013 yang lalu..dan wow memang gak salah perkiraan gw..keren banget surat buatan lu mit, goks lu..dan gw dengan senang hati mengilustrasikan surat lu ini..terima kasih mita udah mau berpartisipasi, hehehe,,bunga merah buat surat keren ini....enjoyyy :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar