Ini kali, 8 orang anak IKJ (Institut Kesenian Jakarta) dari program studi seni lukis melakukan pameran di Tembi Rumah Budaya. Pembukaan pameran dilakukan Sabtu (2/10) lalu. Mereka mengangkat tema ‘Holiday’. Barangkali karena mereka dari metropolitan, sekaligus menadai kegiatannya dalam bentuk pameran dan diberi nama ‘Holiday’. Mereka, tampaknya sedang sungguh-sungguh ‘Holiday’ di Yogya. Apalagi, setidaknya pengakuan dari salah seorang diantaranya, baru pertama kali datang ke Yogya, itupun untuk kepentingan ‘Holiday’.
Karya-karya yang ditampilkan, mungkin untuk menujukkan sebagai sedang ‘Holiday” banyak yang bermain-main, dalam arti semuanya sedang rileks, menikmati ketetangan Jakarta. Karena itu, tidak ada karya yang memberikan kisah Jakarta yang macet. Jakarta yang panas. Bahkan, sebagian besar karya, mengimajinasikan dunia di luar Jakarta. Seolah, anak-anak muda alumni IKJ yang lahir setelah tahun 1980-an ini seperti tidak mau membicarakan Jakarta. Atau, bahkan upaya anak-anak muda memaknai kehidupan Jakarta dengan cara mereka sendiri. Coba simak apa yang mereka katakan mengenai ‘Holiday’:
“Kata holiday bisa kami maknai sebagai perwujudan kehidupan kami di ibu kota yang dengan cara berkesenianlah kami bisa merasakan rileks, bersenang-senang, melepas lelah serta jenuh, atau bisa kami bilang membuat sebuah karya itu sebagai hiburan atau ‘liburan’ dari aktifitas-aktifitas yang kami jalani tiap harinya di ibu kota, dan kata holiday ini juga bisa berarti satu kesempatan pameran bersama sekaligus berlibur bersama atau bisa dikatakan ‘Holiday’ bersama untuk pertama kalinya, yang dimana kami bertempat tinggal di Jakarta yang pergi untuk berpameran di kota Jogjakarta, tepatnya di Tembi Rumah Budaya”
Karena sedang berlibur, karya-karya mereka hadir dalam suasana bergurau, namun secara teknis mereka sungguh-sungguh, sehingga ada beberapa karya dari segi teknis bisa disebut cukup bagus. Pilihan warna yang diambil, selain warna buram, hitam putih. Ada warna-warna yang teduh. Misalnya, satu karya yang bergurau, karya Dwi Wicaksono Suryasumirat, yang menggambarkan ‘Adu kuat sama Popeye’. Ini memang satu kisah imajinatif yang mengambil cerita Popeye yang ditayangkan televisi. Tokoh ini memiliki kekuatan setelah makan bayam. Pada visualnya dihadirkan ‘coffee vs Spi Nach’.
Ada jenis karya yang ‘bermain-main lagi’, setidaknya Musfiq Amarullah, ‘menghadirkan’ visual permainan anak-anak pada jaman dulu, yang di jaman sekarang, sudah sulit ditemui. Misalnya, lukisan yang diberi judul ‘Lempar Gasing’ menyajikan visual seorang anak sedang main ‘Gasing(an)’. Atau juga lukisan ‘Bola Bekel’, memvisualkan seorang perempuan, yang wajahnya tidak tampak, sedang main bola bekel.
Lain lagi dengan karya Adelano Wibowo, yang ‘bermain’ dengan anak-anak. Wajah kanak-kanak, bahkan balita dihadirkan dalam suasana sejuk, seperti pada karya yang berjudul “Aku dan Teman-temanku’, atau juga karya lain dari Adelano yang berjudul ‘Donat…Donat…Donat’.
Karya-karya yang dipamerkan, entah disengaja atau tidak, atau mungkin memang mereka senang bersenang hati, sehingga karya-karya tampak sedang ‘bermain-main’. Mereka, para alumni IKJ ini, yang terbiasa dengan kehidupan macet dan panas di Jakarta, sejenak melakukan ‘Holiday” sambil bermain-main dengan karya seni rupa. Pameran ini akan berakhir 16 Oktober 2010.
Begitulah, anak-anak muda yang terbiasa hidup di Jakarta, sejenak bermain-main di Tembi Rumah Budaya, yang terletak disatu dusun di Bantul. Mereka anak-anak muda ini, ber ‘Holiday” dalam arti sesungguhnya.
Ons Untoro
Foto: Sartono Kusumaningrat
Foto: Sartono Kusumaningrat